Rabu, 10 Agustus 2016

PERAHU

Satu hempasan gelombang menderu perahu ini. Lalu kerudungku tersangkut karang, serpihan menawan tertinggal di sana. Tapi kau enggan mengambilkan kembali... kau tak peduli pada menawannya serpihan itu. Tak peduli apakah karang itu akan berlaku cukup baik padanya. Membiarkan dia tetap disitu, atau malah membiarkan angin beku ini menyeretnya.. Menenggelamkannya dan menjadikannya tak lagi menawan. Kau tak peduli arti tatapan kecewaku.

Lalu perahu ini mulai kehilangan lajunya. Aku tak lagi mangayuh dengan dayungku. Segores luka kecil dijemariku tak menyisakan perih disitu, tapi disini, di hatiku.  Dayung itu ku lelapkan dalam pangkuanku. Aku hanya berdiam diri saja, mencermati tingkahmu selanjutnya. Akankah kau dayung sendiri perahu ini sekuat tenagamu, sesuai dengan tenggang waktu yang telah kita mufakati? Atau kau akan memutar arah dan mengambil serpihan menawanku? Ataumungkin  kau akan mengayuhnya membabi buta dan buru-buru menepikan perahu ini di dermaga terdekat?
Sungguh... saat ini aku ingin melompat!

Perahu ini mulai kehilangan laju sayang.. Pilihan apapun yang akan kau buat selanjutnya, dayungku sudah terlelap dalam mimpinya.
Jika kau berbalik menjemput serpihan menawan kerudungku, kau sudah terlambat. Kulihat serpihan itu dari kejauhan,  tak lagi mnawan, tak lagi indah. teronggok begitu saja di tengah terjalnya karang. Lalu,  jika kau tetap mengayuh perahu ini dengan dayungmu.. kayuh lah dulu.. kayuh lah dulu sampai perih ini hilang. Mungkin setelah itu, akan kubangunkan lagi dayungku untuk menemanimu. Tapi jika kau menepikan perahu ini dengan terburu-buru, percayalah.. aku akan menenggelamkan perahu ini untuk selama-lamanya.

Ah... sekarang sunyi ya. aku bahkan tak mendengar kau mangayuh. atau kita sama-sama berdiam diri dalam perahu ini?
Tak kudengar dayungmu menampar air.

Dan sekarang.. perahu ini benar-benar berhenti!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar