lembayung sore menerawangi kita kala itu
disudut senyum rona kelegaan, meninggalkan lumpur pematang
padahal nafasmu hampir habis dalam rentan
tulus, kau rangkul cangkul bak dia bernafas sama sepertimu
“Itu benda mati Bapak “
usikku pongah merendahkan tangkai kayu tua itu
mungkin dia juga lelah dan jerih sepertimu
kau rangkul ia makin erat, seolah dia berontak dengan kataku
sudut senyum itu makin tajam memberiku jalan terang
matamu menbersit indah pembelaan tampa pamrih
mata kecilku masih menatap kelabu besi karatan aus itu
ah.. mungkin dia memang hidup
“cangkul ini bukti aku seorang bapak, menemaniku menggulirkan keringat menjadi beras
cangkul ini nafas kesetian yang tak meninggalkan meski lelah dan jatuh
cangkul ini sebuah lambang kehidupan, mengolah dan memelihara
dan cangkul ini adalah bapak kedua bagimu Anakku”
lihat, bumi pun terdiam mendengar suaramu membelai senja kala itu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar