Nak..
ketika sebuah janji tlah menyatukan nadi dan nafas
mulailah letih menawari wajah yang kurangkai
menoreh rambut, hidung, tawa dan tangismu dalam angan
ketika sebuah janji tlah menyatukan nadi dan nafas
mulailah letih menawari wajah yang kurangkai
menoreh rambut, hidung, tawa dan tangismu dalam angan
bias harap untuk segumpal daging bak parasit
Nak..
tangismu tawar menawar dengan seutas nafas ini
Bunda tak hirau akan gelap, tak surut akan Izrail yang menggoda
lalu kau menyapa matahari berteman tangis ketakutan
“tenang Nak.. ada Bunda”
lalu Nak..
saat kakimu menyibak tirai hidup
terka menerka akan sebuah peruntungan ganjil
Bunda tak kan pergi
Bunda tak kan melepasmu sendiri
dan Nak
jika raga ini tlah dikalahkan waktu
dan hadirnya mengurangi sebuah harga duniamu
tenanglah Nak, Bunda kan sembunyi di sini
di balik doa, di balik mata angin hidupmu
tapi Nak..
jika nanti Izrail managih pinjaman Tuhan atas tubuh ini
jangan kau lari dari mataku sayang
jangan kau abai akan telinga dahaga ini
bisikkanlah padanya, kamu anakku
Nak..
tangismu tawar menawar dengan seutas nafas ini
Bunda tak hirau akan gelap, tak surut akan Izrail yang menggoda
lalu kau menyapa matahari berteman tangis ketakutan
“tenang Nak.. ada Bunda”
lalu Nak..
saat kakimu menyibak tirai hidup
terka menerka akan sebuah peruntungan ganjil
Bunda tak kan pergi
Bunda tak kan melepasmu sendiri
dan Nak
jika raga ini tlah dikalahkan waktu
dan hadirnya mengurangi sebuah harga duniamu
tenanglah Nak, Bunda kan sembunyi di sini
di balik doa, di balik mata angin hidupmu
tapi Nak..
jika nanti Izrail managih pinjaman Tuhan atas tubuh ini
jangan kau lari dari mataku sayang
jangan kau abai akan telinga dahaga ini
bisikkanlah padanya, kamu anakku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar