Kata kata tajam sudah diujung lidah, sebelum benar benar kukirimkan nurani menyapa egoku.
Well.. tak harus ku basuh sekujur hatinya dengan bisa lidahku bukan? Toh dia pun didera luka yang sama denganku. Apa hakku menyiram garam
di luka yang juga mati matian ditahankannya.
Semuanya berbalik lagi
padaku. Aku yang tak bisa mnerima. meski telah ku hadirkan lebih dari stu
menggantinya sekarang. Tapi sayang. mereka tak pernah berhasil masuk
menyentuh hatiku. Tak pernah.. Alih alih,
aku justru menciptakan luka yang sama untuk mereka. Menambah korban
yang terluka karna egoku semata. Jika karma itu ada, mungkin kan
kutanggung semua balasan atas hati yang kulukai tanpa sengaja ini
di sepanjang hidupku. Untuk kali ini, aku mencoba untuk tidak egois,
melempar salah ini padamu. Aku kan mencoba bilang.. ini bukan karenamu. Ini karena aku yang tak bisa menyikapi sepertimu. Ku pikir kau sudah
nyaris mendekati garis batas waras karna memutuskan untk menyendiri.. Menjauh,
dan tak memulai kisah apapun untk mengganti diriku di hatimu. Ku pikir
kau telah gila karna ku, karna akhir paksaan hubungan ini, dan aku
bahagia karnanya. Ternyata kau jauh lebih dewasa dariku. Dengan tidak
menjalin hubungan dengan siapapun di saat hatimu masihlah untkku, itu adalah
keputusan paling bijak yang harusnya juga kuambil. Kau tak perlu menambah luka tak perlu pada orang. Kau tak perlu menjadi biang luka untuk orang lain. Mungkin kau
trauma melihat lukaku, hingga mamutuskan begitu. Entahlah.. kau punya hati dan logika yang saling mendukung. Tapi aku, sebaliknya, kupikir dengan cepat cepat mencari pengganti aku akan bisa mengikis namamu di hatiku.Dan lihat sekarang.. kau masih
disana. Namamu masih sepekat drah mengalir kesekujur nadiku. Faktanya, kesia siaan ini tak lebih dari aku menanam luka untuk orang orang yang seharusnya tak pernah
terlibat. Tak pernah terlibat dalam cinta menipu yang kutawarkan. lalu saat mereka mencintaiku, aku hanya mampu membalas dengan tatapan kosong dan nafas mendingin kelu.
"Bodoh!" entah untuk mereka, atau untukku sendiri.
Mereka? haha.. ya. Aku menjerat semua yang bisa kujerat. Bertingkah lugu, tersenyum palsu, menderai tawa peduli. tentu saja peduli palsu. Aku tak peduli. Toh, aku hanya mencoba menggantikan posisimu dihatiku. Kupikir, cara ini sala. Benar benar salah. Ahh.. sudah lah. Aku tak menyesal. Biar karma itu datang.. Biar balasan itu mecabikku dalam serpihan. Toh saat ini aku telah berupa
serpihan mati! Rasanya tak mungkin lagi ada sakit yang lebih sakit
dari ini bukan?
aku juga tak bisa menerima... ini perihhh :'(
BalasHapus:'(
BalasHapuspedih!