Kamis, 11 Agustus 2016

Luka dan Melukai

Kata kata tajam sudah diujung lidah, sebelum benar benar kukirimkan nurani menyapa egoku.
Well.. tak harus ku basuh sekujur hatinya dengan bisa lidahku bukan? Toh dia pun didera luka yang sama denganku. Apa hakku menyiram garam di luka yang juga mati matian ditahankannya.
Semuanya berbalik lagi padaku. Aku yang tak bisa mnerima. meski telah ku hadirkan lebih dari stu menggantinya sekarang. Tapi sayang. mereka tak pernah berhasil masuk menyentuh hatiku. Tak pernah.. Alih alih, aku justru menciptakan luka yang sama untuk mereka. Menambah korban yang terluka karna egoku semata. Jika karma itu ada, mungkin kan kutanggung semua balasan atas hati yang kulukai tanpa sengaja ini di sepanjang hidupku. Untuk kali ini, aku mencoba untuk tidak egois, melempar salah ini padamu. Aku kan mencoba bilang.. ini bukan karenamu. Ini karena aku yang tak bisa menyikapi sepertimu. Ku pikir kau sudah nyaris mendekati garis batas waras karna memutuskan untk menyendiri.. Menjauh, dan tak memulai kisah apapun untk mengganti diriku di hatimu. Ku pikir kau telah gila karna ku, karna akhir paksaan hubungan ini, dan aku bahagia karnanya. Ternyata kau jauh lebih dewasa dariku. Dengan tidak menjalin hubungan dengan siapapun di saat hatimu masihlah untkku, itu adalah keputusan paling bijak yang harusnya juga kuambil. Kau tak perlu menambah luka tak perlu pada orang. Kau tak perlu menjadi biang luka untuk orang lain. Mungkin kau trauma melihat lukaku, hingga mamutuskan begitu. Entahlah.. kau punya hati dan logika yang saling mendukung. Tapi aku, sebaliknya, kupikir dengan cepat cepat mencari pengganti aku akan bisa mengikis namamu di hatiku.Dan lihat sekarang.. kau masih disana. Namamu masih sepekat drah mengalir kesekujur nadiku. Faktanya, kesia siaan ini tak lebih dari aku menanam luka untuk orang orang yang seharusnya tak pernah terlibat. Tak pernah terlibat dalam cinta menipu yang kutawarkan. lalu saat mereka mencintaiku, aku hanya mampu membalas dengan tatapan kosong dan nafas mendingin kelu.
"Bodoh!" entah untuk mereka, atau untukku sendiri.
Mereka? haha.. ya. Aku menjerat semua yang bisa kujerat. Bertingkah lugu, tersenyum palsu, menderai tawa peduli. tentu saja peduli palsu. Aku tak peduli. Toh, aku hanya mencoba menggantikan posisimu dihatiku. Kupikir, cara ini sala. Benar benar salah.
Ahh.. sudah lah. Aku tak menyesal. Biar karma itu datang.. Biar balasan itu mecabikku dalam serpihan. Toh saat ini aku telah berupa serpihan mati! Rasanya tak mungkin lagi ada sakit yang lebih sakit dari ini bukan?

2 komentar: