Beberapa kali pertanyaan yang
sama menjebakku dalam pembullyan terang terangan, membuatku lebih bijaksana
memberikan jawaban. Ini permasalahan yang sama yang dihadapi manusia sebangsaku diseluruh dunia. Pertanyaan
laksana racun kasat mata yang selalu kami telan bulat bulat tanpa peduli betapa
acun itu mulai menyerang titik titik syaraf dalam tubuh. Menikam jantung,
mencekik hati, menendang kewarasan dalam otak, hingga memaksa cairan bernama
air mata mengalir bebas bak hujan lebat. (oke, itu sedikit lebay)
“kapan
nikah?”
Nah itu
dia!
Awalnya,
aku ketakutan setengah mati jika dipaksa memasuki keramaian, apalagi reuni
alumni sekolah, paling parah perkumpulan keluarga yang amat sangat mustahil
bisa dihindari lebih dari satu kali. Dan puncak dari itu semua adalah saat
lebaran datang. Pertanyaan tadi seolah tuba yang harus dikeluarkan setiap
oanggota keluarga jika tidak ingin dia yang termakan tuba itu sendiri.
Wahai kaum
sebangsaku, yaitu mereka yang masih jauh dari kata pacaran sedangkan diri dekat
dengan kata pernikahan, ku berikan beberapa trik singkat untuk menghadapi
pertanyaan ini.
Pertama, jika itu orang yang lebih muda darimu kau bisa langsung
mengeluarkan aura membunuh. Jikup tatap dengan tatapan yang memiliki arti hei-kau-ucapkan-maka-mati-kau. Dalam situasi
ini status orang yang lebih tua bisa kau manfaatkan semaksimal mungkin. Dan juga, jangan biarkan
kau dibully oleh mereka yang lebih muda darimu. Itu memalukan!
Kedua, jika yang bertanya teman sebaya tapi dia sebangsa denganmu,
cukup tersenyum miring, dan lihat dia dari atas kebawah. Tak perlu bicara,
karena secara tak langsung, reaksi yang kau berikankurang lebih berarti, nggak-ngaca-luh!. Tap jika teman sebaya
yang sudah punya pacar, apalagi sudah menikah (iiyyy.. kau harus takut dengan
tipe ini) maka kau hanya perlu me-nonaktifkan sementara fungsi gendang
telingamu. Kusarankan didukung dengan memasang ekspresi se polos mungkin. Karna
jujur saja, tipe ini sedikit berbahaya dalam kegiatan pembullyan. (isshh..
mentang mentang lo ya)
Ketiga, jika tersangka pengajuan pertanyaan adalah orang yang lebih
tua darimu satu level (kakak, sepupu dan sejenisnya) maka kau hanya perlu
tersenyum semanis mungkin dan jangan pernah gunakan lidahmu untuk menjawab. Sumpah,
itu bakalan lebih mengerikan dibandingkan dengan introgasi karna pembunuhan
berantai sekalipun. Sekali kau menjawab maka itu akan berbuntut panjang dengan
kau yang takkan pernah sekalipun berkutik. Berpura pura bisulah, oke?
Keempat, jika yang bertanya adalah orang yang lebih tua dari mu dua
level (paman , bibi dan sebagainya) maka kau hanya perlu memasang wajah sangat
tersakiti oleh pertanyaan tersebut. Jangan pernah memasang wajah senang, karna
kaum ini lebih ekstrim dari kelompok sebelumnya. Mereka akan dengan seenak nya
memaksamu untuk membawa calon, er.. entahlah- kehadapan mereka dalam waktu 30
menit. Biarpun kau memang sudah punya calon sekalipun, kau tak kan mampu
menahan pembullyan tingkat atas seperti ini. Desakan, tekanan, pertanyaan dan
sindiran lainnya. Hm... lalu jika kau bawa pasanganmu itu pembullyan berhenti? Tidak
kawan. Kau hanya akan masuk ketingkat yang hampir setara dengan gila. Cobalah kalau
kau tak percaya.
Kelima jika yang bertanya yang lebih tua darimu tiga level (nenek,
kakek, atuk, opah dan pertuaan lainnya),kau hanya perlu tersenyum. Dalam level
ini kau harus mengeluarkan suaramu.
“secepatnya. Cucu pasti akan
melakukannya agak satu kali”
Pasang senyum manis.
“hm.. nek, mau ditemani ke mesjid”
Dah, cukup segitu. Intinya hanya
satu, teman.
PENGALIHAN.
Kau hanya perlu memutar arah
pembicaraan kearah yang lebih diprioritaskan oleh kelompok ini. Bisanya kakek
dan nenek kita, selalu lebih mengutamakan ibadah. Maka putarlah kemudi kearah
ini, jangan dipaksakan juga karna resikonya.. ya.. hm gimana ya. Yah..pokonya
resiko tanggung sendiri deh. Pintar pintar dalam trik pengalihan ini, oke?
Kelima, jika pertanyaan ini terlontar dari orang tuamu, maka hanya
satu cara teraman untuk mengatasinya.
Cari paling ampuh
Paling mempan
Paling efektif
Paling mujarab
Yaitu.....
Larilah..
Hm.. dan siapkan mental untuk pertanyaan yang sama. Kau bisa
mulai start lari jika orang tuamu telah melakukan hal hal berikut
1.
Menatapmu lama
2.
Menghela nafas
3.
Menyelipkan kata pernikahan, apalagi cucu dalam
obrolan denganmu
4.
Kembali menatapmu
5.
Maka larilah,
sip?
6.
Dan semoga selalu beruntung teman... (hehehe)
Mudah mudahan beberapa trik ini bisa membantumu wahai teman
sepenanggungan.
Oleh karna itu.. oleh karna itu
dukunglah aku untuk jadi ketua umum partai APKN (anti pertanyan kapan nikah). Karna
aku berjanji, untuk memusanahkan pertanyaan mengerikan itu dari dunia ini
(dramatis). Aku akan menjamin mengusut tersangka utama yang petama kali menciptakan
kata kurng ajar itu (aku tahu ini melenceng, untuk bagian ini kalian boleh
tidak mempercayaiku).
Dan dengan ini, kunyatakan pertanyaan “kapan nikah” setara ke
tabuan dan nilai mengerikannya dengan kata “fu*k y*u” dan kata kotor lainnya. Setuju?
Setujukan?
Tentu setuju kan?
Ah... Setuju sajalah ya..
*********
“Hm.. Sis, temanmu si Rani sudah menikah lo kemarin.”
“dia bukan temanku!”
“lho.. kalian kan satu kelas waktu SMA”
“mereka yang menikah bukanlah temanku. Sori, aku gak kenal tuh”
Satu lagi. Jika pertanyaannya mulai berubah dengan gaya yang
lebih halus, maka tirulah sikapku seperti cuplikan dialog di atas.
Pura pura tak kenal!
(i know, i know..
itu sama saja dengan pengecut)
sialan! ini tulisan apaan?
BalasHapusmengingatkan saja! huh...
curhat ya? ditanyain pas Idul Adha kemaren? :P
kasian deh looo
hahaha..
BalasHapustanggapan : tersenyum miring, berikan tatapan dari atas ke bawah.
ya.. kamu tau lah, seperti apa penggambaran ekspresiku! :/
HapusHAHA.. Tau tau :)
Hapus