Minggu, 19 Februari 2017

Wanita itu... Rumit!




Sebuah pepetah lama mengatakan, “wanita bisa menilai dan mengerti banyak lelaki dari satu lelaki yang mereka kenali. Tapi, lelaki tak kan pernah mengerti satu wanita pun, meski telah mengenali banyak wanita.”
Yah.. begitu kira kira pepatah pintar tesebut. Sebuah peptaha yang tercipta tidak dengan tak senganja tentunya. Banyak hal yang ingin disampaikan dari sana. Wanita itu pintar menilai pria, wanita itu banyak rahasia, wanita susah untuk dinilai, lelaki itu tak peka, dan banyakl lagi. Tapi untuk kali ini, saya ingin beropini ria mengenai poin ketiga.
Wanita itu susah untuk dinilai.
Berdasarkan pengmatan, yang dilihat, didengar, maka saya menemukan 7 sifat jelek wanita yang pasti ada disetiap wanita. Opss, tunggu dulu. Bagi kaum wanita yang ingin protes, jangan main hakin sendiri. Baca dulu sampai selesai, oke?
Sip, mariii....
1.     Wanita itu selalu dibekali oleh sifat licik.
Bisa dikatakan, sifat licik ini  sudah menjadi pelengkap pribadi mereka sebagai wanita. Mereka bisa berubah manja dengan menyembunyikan kesal hanya untuk memanipulasi pria untuk melakukan apa yang dia minta. Sederhana saja cara kerjanya. Sedikit nada manja, merajuk, dan linangan air mata, maka jatuh lah korbannya. Dan sayangnya, tak ada yang merasa jadi korban di sini. Lelaki justru bangga dengan apa yang mereka perbuat untuk wanita. Sekali lagi, manipulasi.
2.     Wanita itu plin plan.
Tak hanya lelaki yang tak bisa mengenali wanita, wanita itu sendiri sebenarnya tak mengenali dirinya sendiri. Apa yang mereka mau, apa yang dirasakan hatinya sendiri, dan apa yang sebanarnya dia tuju. Kebanyakan wanita terjebak dengan perasaan sesatnya saja. Sisi perasaannya akan mengatur penialainnya sendiri. Contoh: karna sering dekat dengan si A, dia merasa suka dengan si A, ternyata bertemu dengan si B, dan lebih baik pula dari si A, maka dia kan bingung sendiri dengan perasaannya.  Diakan sukanya A, kok sekarang jadi suka B? Bingungkan?
Suatu waktu dia kan bilang “aku baik baik saja” padahal minta dianggap tak baik. Lalu lain waktu  mereka akan bilang, “tak apa apa. Kamu nonton bola aja.” Padahal inginnya si pria tak nonoton bola, justru akan berubah peteka jika si pria masih nekat nonton bola. Nah, pada bagian ini lelaki banyak yang terjebak dengan keplin planan wanita. Serba salah, dan bagi yang tak peka, mendekati kiamat ini mah, bro.
 Mereka plin plan. Sekali lagi jika kalian lupa. Mereka plin plan.
3.     Wanita itu pengendali emosi yang  handal.
Bebrapa kali saya pribadi pernah bertemu kejadian yang terasa sangat konyol dari sisi wanita. Salah seorang teman  tersenyum pura pura bahagia hanya untuk menjatuhkan mantannya dahulu. Dan hebatnya,berhasil! Sang mantan malah berusaha minta balik (saya sendiri tak tahu nyambung dimana, antara terlihat bahagia dan ingin balikan lagi).
Wanita itu akan berurai air mata sedih meski hatinya bersorak riang melihat si lelaki merasa bersalah dan mengikuti semua kata katanya. Sedikit mengerikan memang.
Mereka bisa bermain peran dengan sangat hebatnya. Suatu ketika, saya pernah bertemu dengan teman yang lain. Kami tengah tertawa  bahagia menceritakan masa sekolah dahulu. Lalu telfonnya berbunyi. Dan secepat kilat tawa bahagianya berubah jadi suara penuh kesedihan hebat saat berbicara dengan orang yang menelfonnya. Bahkan terisak meski pada kenyataannya yang kami lihat adalah dia yang sedang senyum senyum iseng, mengedip jahil pada kami, tapi suaranya seperti orang menangis. Hebat. Itu wanita kawan. Jangan tertipu, apalagi lewat ponsel. Yakinkah dirimu jika dia benar benar sedih diseberang sana, atau justru tengah tersenyum senyum jahil bersama teman temannya? Pikir lagi.
Ada lagi yang lebih parah, mereka memncing pertengkaran atas nama cemburu, padahal aslinya hanya untuk nyenengin pasangan saja biar terlihat cemburu. Miris.

4.     Hati wanita seperti lautan (katanya Rose di flm Titanic)
Setiap wanita punya cara tersendiri menyimpan perasaannya. Seperti halnya mengendalikan emosi, dalam perasan pun wanita cendrung rumit. Salah jika beranggapan perempuan hanya mengandalkan perasaannya saja. Faktanya, perasaan dan logika wanita sering kali berjalan seiring hingga membentuk labirin rumit yang sulit dimengerti oleh laki laki. Perpaduan, rasa kasihan dan takut membuat malu, bisa menjadi alasan seorang wanita mengambil keputusan menikah dengan lelaki yang tak dicintainya. Sedang lelaki? Ah, persetan. Mending lari.
Wanita tak bisa melangkah terlalu cepat layaknya laki laki. Mereka cendrung hati hati dan lamban lalu tersenyum paling akhir. Sedang lelaki, meski sudh beranak empat pun, cinta pertama masih juga membuat darah berdesir. 

5.     Wanita itu pemikir negatif
Pada umumnya kesalahan pahaman dalam suatu ubungan terjadi karna wanita yang selalu berfikiran salah. Wanita gampang sekali meragkai rangkai potongan fakta menjadi kemungkinan buruk dari suatu masalah. Karna pikiran inilah, bisa dibilang wanita jadi lebih waspada dari lelaki. Mereka cendrung pencuriga dan banyak tanya. Jadi jangan heran, jika dalam beberapa kasus, wanita terlihat lebih kuat ketimbang lelaki. Itu karana sedikit-banyak kejadian buruk itu telah sempat terangkai dalam pikirannya, lalu menciptakan sikap antisipasi yang membuat meraka tak terlalu kaget dengan apa yang terjadi.
Tapi tak jarang sikap ini justru mendatangkan banyak masalah dalam kehidupan mereka sendiri. Misalnya, Fakta yang ada dia melihat pasangannya tengah bicara dengan wanita lain, itu faktanya. Tapi kepingan fakta itu akan dirangkainya menjadi kepingan kisah hasil pemikirannya yang sedikit menyimpang,  yaitu mereka telah lama berteman, mereka sering bertemu, mereka berpegangan tangan, mereka membicarakan sesuatu yang menarik, mereka saling curhat dan sebagainya.
 Hati hati. Wanita memang makhluk yang paling susah percaya kalau sudah kecolongan.

6.     Wanita itu ingin selalu “dilihat”
Sudah menjadi sifat alamiahnya, dimana wanita ingin menjadi yang diperhatikan. Mereka berupaya merubah diri terutama penampilan agar terlihat baik. Mereka berupaya berpenampilan mengesankan, dan menghindari pemakaian pakaian yang sama beberapa kali. Walaupun faktanya, hanya satu atau dua orang saja yang akan menyadari itu.

7.     Wanita itu diberkahi dengan lidah belati
Wanita bisa membunuh dalam senyum. Tak percaya? Mereka tak perlu berteriak atau menghatam dengan tenaga untuk menghancurkan seseorang. Cukup ucapannya saja. Kosa kata wanita mampu mengeluarkan racun yang tak terbayangkan oleh orang lain. Jika lelaki hanya mampu berkata kasar dan menghantam dengan fisik, maka wanita hanya perlu menyampaikan dua tiga kalimat yang membuat lelaki terpuruk sekian bulan. Kawan, lidah mereka tajam, sangan tajam.

Tujuh kejelekan wanita pasti ada disetiap wanita Tapi, setiap manusia diciptakan dengan keunikannya masing masing. sifat asli mereka terbentuk dari diri mereka masing masing. Sifat asli yang mereka punyai tergantung dari pribadi wanita itu sendiri untu menyikai sikap dasar yang ada ada mereka. Mengikutinya saja, atau merubahnya. Menjadi wanita yang baiknya itu, adalah  perjuangan mereka untuk menaklukkan sifat jelek mereka sendiri.
Tak perlu takut dengan misteri yang wanita simpan. Karna sesunguhnya wanita memiliki satu hati yang tak pernah bisa berbagi. Temukanlah, simpan dan jagalah sepenuh hatimu. Maka kau kan menemukan sifat lain yang takkan kamu temukan pada siapapun. Kau bisa melihat itu semua dari mata seorang ibu. Hatinya telah terikat oleh anak anak dan keluarganya, dan lihat, apa yang mampu  dilakukannya untukmu? Sebuah kelembutan tanpa pamrih dan lindungan yang takkan pernah membuatmu sendiri.
Saya telah beropini ria dalam menilai sifat buruk wanita. Untuk sifat baiknya? Kalian bisa merasakannya sendiri. Dimulai dari namamu di buku tulis kelas satu SD mu. Lihat?

Sabtu, 11 Februari 2017

Merugilah Kita Mencinta Sebelum Ikatan Halal



Aku menikmati malam dengan angan yang melayang terbang. Mengulang ngulang masa saat kita saling pandang dahulu. Menggali lagi setiap campuran rasa yang kurasakan padamu dahulunya. Aku tesenyum sendiri. Ah.. sudah beanjak tahun kelima sekarang, tapi rinci pertemuan itu masih bisa kuingat jelas. Kukuatan cintakah?
            Aku ingat dengan jelas bagaimana gayamu kala itu. Aku tak cantik dan tidak juga menarik. Kita sama sama tahu waktu itu. Kau tidak juga rupawan, tapi.. kau menarik. Setidaknya itu menurutku. J
            Sahabatku mengajakku ke kostnya pada waktu itu sepulang kuliah. Katanya ibunya datang bersama kakak sepupunya. Aku tak menolak, karna jujur saja, aku juga sudah menganggap wanita penyabar cerminan matanya itu sebagai ibuku. Bahkan, tak sedikitpun minatku pada “kakak sepupu” yang diucapkannya. Bagaimana kakak sepupu ini kuliah dengan kerja kerasnya. Hanya sedikit bantuan fianansial dari orang tuanya, namun karna semangatnya yang membara dia tetap melanjutkan kuliah. Sekarang dia ke kosan sahabatku untuk meminjam komputernya. Dia akan menyusun skripsinya.
            Aku manggut manggut salut. Masih ada yang seperti itu. Aku memang beberapa kali bertemu dengan pemuda pejuang seperti itu. Tapi kebanyakan ujung ujungnya selalu ogah ogahan. Karna menurutku pada dasarnya lelaki itu adalalah pemalas ulung. Tapi sampai skripsi dan masih harus memikirkan biaya sendiri, itu cukup pantas di berikan label “Salut” padanya. Hal yang akhirnya sangat keliru. hehe
            Kami sampai kos an sahabatku setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan. Maklum ini di kota. Panasnya minta ampun. Kolaborasi antara panas, gerah dan jauhnya medan perjalanan membuat kami seketika beruah jadi lebih  berantakan lagi. Aku yang paling berantakan. Kami disambut sang ibu dengan penuh sayang. Dan disana, kulihat dirimu. Rapi. Kau tak terlihat seperti tokoh cerita yang diceritakan sahabatku tadi. Lihat kemeja terawat dan sepat kets bersih itu?
            Kita saling sapa. Kau hanya menanggapiku sebagai reaksi lelaki alamiahnya. Aku menangapi bagai angin lalu. Kita sama sama tahu, tak ada apapun yang pantas kita harapkan sebagai ikatan. Tak ada diniatmu dan diniatku. Hanya sebuah rasa salut melihatmu memeriksa komputer dengan gaya meyakinkan.
            Lalu kau kembali bersama ibu kami. Membawa serta komputer dalam satu becak motor. Kami menyarankan agar kamu dan ibu pakai becak motor saja ke jalan besar tempat bus ke kampungmu mangkal bersama komputer yang akan dibawa pulang. Lalu kami berdua akan menyusul dengan jalan kaki tempat bus tersebut. Ya, jalan kaki. Tapi kami mahasiswi tangguh yang terbiasa jalan kaki di luasnya areal universitas, jadi tak masalah.
            Dan kejadian konyol terjadi. Kau tak turun ditempat seharusnya, tapi justru lanjut entah kemana. Kami berdua kebingungan. Kemana pula kau pergi? Tak mungkin mempercayakan pada ibu, jelas jelas itu tanggung jawabmu sebagai lelaki. Dan kau menelfon dengan suara penuh kebingungan di seberang sana, seolah kau tersesat jauh dengan barang yang seabrek. Sumpah, aku tak bisa menahan tawaku. Aku tertawa, sedikit tertahan karna sahabatku menatapiku tak terima.
            Akhirnya becak berputar arah sesuai intruksi sahabatku. Aku berusaha tersenyum sewajarnya, menyembunyikan seringai geliku saat kau datang kembali dan buru buru menjelaskan jika kau kebingungan dengan banyaknya persimpangan jalan di daerah ini. Mungkin kau juga malu padaku. Ibu hanya tersenyum. Terlihat jelas jika ibu tadi juga sempat mencari jalan keluar dari masalah salah berhenti tadi.
            Kau pergi. Dan aku tak lagi terlalu peduli. Tak ada cerita sahabatku yang mengarah ke kamu. Aku sibuk dengan duniaku dan sahabatku. Menghadapi berbagai permasalahan dan tekanan perkuliahan. Dan takdir menyapa mereka yang telah siap. Di tengah kesibukan mengurus karya ilmiah akhir, sahabatku merangkap saudariku tersayang menikah. Menikah dengan kekasih menahunnya. Aku bahagia, dan berjanji akan menemaninya menghabiskan masa lanjang, 3 hari sebelum pernikahan. Aku saudarinya, takkan kubiarkan dia sendiri.
            Aku ke kampung sahabatku dengan motor lelaki abangku. Tak ada pilihan, aku tak mau berepot repot naik bus, angkot dan jalan kaki kerumah sahabatku. Jadi kuputuskan membawa motor itu sendirian. Aku beranikan diri. Dan aku melupakan fakta, jika dulu aku pernah menertawakan seseorang karna tersesat jalan. Sekarang karmanya menimpaku. Aku kebingungan sendiri dengan keberadaanku. Untunglah sahabatku datang menjemputku dengan angkot. Dia tertawa melihat wajahku yang terlihat ingin sekali melemparkan motor menyusahkan ini jauh jauh.
            Kami kembali kerumah saabatku. Dengan bergonceng padaku kami berusaha mencari jalan aman kerumahnya. Ada ngeri  terrselip dihatiku saat mengingat orang yang kubonceng akan meaksanakan pernikah tiga hari lagi. Jika aku berbuat kesalahan dan jatuh, tak terbayangkan apa yang akan kuhadapi nanti.
Waktu mengiring kita dalam pertemuan sekilas. Kita bertemu, sama sama membawa motor. Kau terlihat kaget sebentar belum meneriaki sahabatku agar hati hati. Aga gejolak lain dihatiku. Aku tak tahu kenapa.
            Dua hari menjelang pernikahan, kau benar benar membuatku kesal sendiri. Kau menggodaku, mengajakku berbicara sedang beberapa ibu ibu menertawakan kita. Aku malu,kuputuskan untuk dekat dengan adikmu saja. Dia seumuran denganku, dan tak ada satu orangpun yang menertawakanku dengannya. Terlebih itu cukup efektif  untuk membatmu menjauh dariku.
            Pernikahan berlalu, dan aku kembali ke kempungku. Melupakanmu dan kembali pada kehidupanku. Hingga, sebuah pesan singkat di media sosial menyapaku. Kau minta dikonfirmasi pertemanan dan meminta nomor hp ku. Bebrapa hari setelahnya baru kuberikan, dan kaupun menelfonku. Sahabatku bahagia dengan kedekatan kita. Perlahan hubungan kita terjalin, tanpa pendekatan sama sekali. Menurutmu kita bisa melakukan pendekatan setelah kita terikat hubungan.
            Romansa terjalani. Cinta perlahan tumbuh, dan terasa semakin kuat seiring dangan bulan berganti tahun. Kita mengancang penikahan tak lama setelah aku wisuda. Sayangnya, kau belumlah wisuda waktu itu. Kita saling menguatkan, hingga kau berhasil wisuda, berdiri disampingku tanpa lagi perasaan was was.  Aku bersyukur bisa berakhir denganmu. Membayang kan  nama kita besarta gelar diukir dalam undangan kita nantinya, membuat kita sam sama tertawa lucu. Manis sekali. Muhammad Saipul, ST dan Septia Agusis, S.Pd.
            Semua sakit senang telah kita lewati. Keluarga kita sama sama setuju dengan hubungan ini. Kau dengan tawamu, cegiran pede dan penampilan yang kau usahkan sempurna setiap kali kita bertemu membuatku merasa istimewa dimatamu. Akupun berusaha menjadikan diriku terbaik untukmu.
            Kita saling percaya. Aku tak lagi mampu memandang laki laki lain, dan kuyakin begitupun denganmu. Indah.. semua terasa indah. Aku telah bermimpi mengandeng tanganmu hingga akhirat kelak. Kita telah merancang berdua bagaiman kita mewarnai hidup nanti. Dan saling berjanji untuk terus percaya,  berjuang dan tidak pernah meninggalkan agar kita bermuara dalam pernikahan nantinya.
            Kubayangkan, aku akan mencintaimu dalam setiap gerak gerikku. Dandananku, masakanku dan penjagaan harga diriku hanya untukmu saja. Aku akan menjagamu, menjaga tawa dan senyummu, majaga hatimu untuk selalu berteduh dibawah senyumku. Terdengar lebai mungkin, tapi aku berjanji, semoga Tuhan memberikan kita umur yang sama panjangnya. Hingga nanti kala hitam kepala kita memutih, aku masih setia disisimu. Membuatkan kopi kesukaanmu, atau menyingkirkan ikan laut yang membuatmu alergi. Aku yang kan jadi matamu saat kau tak mampu lagi membaca selembar berita. Aku dengan sabar akan membuatkan masakan apapun yang kau minta. Mendengarkan cerita dan keluh mu pada pegal dan kram yang mulai menyerang kita dalam usia menua. Aku takkan pernah bosan untuk itu.
Kita tak perlu merepotkan anak anak kita nanti. Biarkan aku yang mengurusmu sampai maut memisahkan kita, sayang. Aku takkan pernah rela jika salah satu dari anak kita melukai hatimu di masa tua kita nanti. Tak apa jika itu aku. Aku ibunya. Aku akan memakluminya, tapi jika itu kau, aku tak kan bisa membiarkan.
            Lelaki tua inilah yang merelakan tulangnya dirajam zaman untuk menyambung nafas kita. Lelaki ini yang tak lagi bisa mengingat hari karna hanya memikirkan bekerja, lelaki ini yang merelakan keinginannya demi kita, dan lelaki ini pula yang selalu berdoa untuk kita, hingga lupa mendoakn dirinya sendiri. Dia yang tak prnah mengharapkan balasan apapun demi senyum kalian. Tolong jangan lukai hatinya setelah semua tenaganya telah habis demi kita semua. Jangan, sesekali jangan slakukan.
            Ah, terlalu jauh inginku melayang. Tapi itulah hidupku. Tujuan hidupku.
            Lalu jarak menguji kita. Di sana, di pulau lain, aku merasai sakitmu tanpa perlu kau katakan. Aku merasakan bingungmu tanpa repot repot kau jelaskan, dan kusadari rindumu setiap malam yang kau lewati padaku. Tapi kita berusaha saling menguatkan. Saling mempererat janji dan percaya pada jalan yang kita tungu tunggu.
            Ah, pada waktu itu, aku membeli beberapa potong baju baru. Namun, saat aku hendak memakainya, air mataku tumpah begitu saja. Aku terisak dangan dada yang terasa sesak. Tiba tiba saja aku membenci baju yang baru kebeli. Untuk apa semua baju ini jika kau tak melihat aku memakainya. Kau tak melihatku menggenakannya. Kau tak melihat aku yang cantik dalam balutannya. Untuk siapa aku cantik? Kau tak disini. Kau tak kan melihatnya.
 Aku terjatuh dalam rindu tak berujung. Dan kutahu kau pun sama. Kau menahan semuanya tanpa mengatakannya padaku. Aku berusaha sebaik mungkin agar kau tak perlu tahu siksaanku. Dalam jarak ini, kita sama sama tak ingin membuat salah satu dari kita cemas dan khawatir. Kita saling menjaga cinta dan perasaan orang yang kita sayangi dengan menelan semua sakit sendiri.
            Itu kisah kita. Kisah cinta yang paling kuat seumur hidupku. Sebuah cinta tanpa pamrih. Sebuah cinta suci yang tak pernah berpura pura, yang tak pernah berpandangan materi, wajah bahkan sikab baik semata. Kita saing menerima dalam semua kekurangan dan keburukan kita. Kita saling melengkapi dalam ikatan cinta ini. Sebuah ikatan erat yang kan mengikat kita hingga akhirat kelak. J
            Ah... kuputuskan pikiranku yang melalang buana pada kisah kita dahulu. Sudah dini hari. Aku ingin sholat Tahajud dulu. Bersyukur pada yang kuasa atas rahmat dan jalan-Nya. Tak ada yang sia sia dalam kehidupan ini, semua sudah diatur oleh yang Maha Besar. Tak ada sakit yang tak melahirkan manis. Semua selalu punya jalan untuk melemparkan kita pada pilihan yang terbaik.
            Saat aku beranjak keluar dari selimutku, satu benda ikut meluncur turun. Aku tersenyum. Itu sebuah undangan pernikahan berwarna biru yang kudapatkan dua hari lalu.
            Undangan Pernikahan, Muhammad Saipul, ST dan Mulya Fitri, SH
            Aku memungut undangan indah itu dan meletakkannya dimeja lettopku dengan hati hati. Dekat setumpuk undangan pernikahan berwarna kuning gading. Undangan yang masih belum sempat kuantarkan pada kenalanku di sini. Di atasnya terukir dua nama.
            Undangan Pernikahan, Windi Ariand Gustaf dan Septia Agusis, S.Pd
            Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluk-Nya berpasang pasangan. Ya Allah, telah Engkau tunjukkan jalan halal untuk kami mencintai pasangan dalam sebuah ikatan pernikahan. Maka merugilah kami yang telah lancang mencintai sebelum dihalalkan dalam ikatan sah yang Engkau ridoi. Ampuni kami ya Allah, ya yang Maha Pengampun.

Dik, dengarlah...



Duhai, Dik...
Jangan gantung harap dengan pasti
Seumpama judi, kau bertaruh hati
Sesiapapun bisa kan pergi
Lalu, akankah kau mati?

Lihatlah, Dik.
Decak hujan menendang cerah
Menyaru angin terbangkan gerah
Tak ada yang tahu bukan?
Hujan atau terik takkan lama bertahta

Dik...
Jika kelak uluran tnangan memapahmu
Jangan terlalu sandarkan nafasmu
Terimalah sekedarnya, secukupnya
Jangan harapkan dia berkawan anganmu

Akhirnya, Dik...
Kakimu penompang tanpa keluh
Percayalah padanya
Pada tubuh yang tak mengkhianati dirinya sendiri.

                                                        Padang, 9 januari 2017


Jatuh dan tercenung itu adalah hal yang manusiawi



Kita mungkin pernah yakin, rencana yang kita susun dengan matang akan berjalan sesuai keinginan. Mempersiapkan setiap aspeknya dengan baik agar kelak rencana itu berjalan dengan baik. Tapi, di saat semua berjalan lancar, kita mulai memupuk mimpi seolah masa itu benar benar akan datang. Seolah rencana itu benar benar akan kita raih. Kita lengah dengan harapan yang membumbung tinggi tak terkendali mendekati kenyataan. Semakin tinggi, semakin gamang meski hanya sekedar melongok kebawah. Lalu kita putuskan untuk tak pernah melihat kebawah. Itu menakutkan, sedang hal menakutkan itu tak mungkin terjadi.

Suatu masa kau akan sadar keputusan itu yang kan mencelakakanmu esok. Kau lupa atas celah “tidak” yang bisa saja datang. Tak ada rencana yang berjalan terlalu mulus. Saat semua aspek mendukung dengan mulusnya, maka kau harus mewaspadai aspek trakhir. Tuhan. Sang pengatur segalanya. Dalam hal apapun, selalu kata “tidak” berpeluang untuk muncul seberapa pun usahamu. Itu, karna kita manusia.

Lalu, saat kau jatuh di ketinggian harapmu. Tak ada pegangan appapun bagimu jika kau memutuskan tak pernah sekalipun untuk menengok kebawah. Kau akan jatuh laksanan batu, daras dan terpuruk. Tak kan ada kuasa apapun darimu untuk menghentikan laju jatuh dari ketinggian yang kau tanam sendiri. Tapi, ada satu pilihan bagimu saat kau nyaris menyentuh tanah. Akan kah jatuhmu di lumpur, pasir, rerumputan, atau meghantam sesama batu.

Kita bukan manusia super yang bisa langsung berdiri setelah jatuh menghantam bumi. Kita manusia, dan jatuh terpuruk adalah manusiawi. Jangan takut. Kau berhak mendapatkan waktu untuk merasai sakitmu sendiri, mengobati luka dan belajar darinya. Tak perlu buru buru bangkit jika hanya untuk jatuh sekali lagi. Tenanglah... istirahatkanlah, hamparkan sajadahmu, dan mengadulah. Mohonkan ampun atas khilafmu yang tak memasukkan tuhan dalam rencana besarmu.

Beberapa pilihan terasa bagai kututukan yang hanya akan memerberat sakit yang kita tanggung. Jadi jangan buru buru. Harus kuingatkan, kita tak disediakan nafas garatis jika hanya untuk meratapi sakit berlama lama. Bangkit bukanlah pilihan, tapi keharusanmu sebelum mengambil pilian lain. Jangan salah langkah lagi. Setidaknya, sertakan  sang Khalik dalam stiap rencanamu, karna jika itu kembali terhempas, kau sudah punya bentangan sajadah tempat kau berterimakasih. Berterimakasihlah karna tuhan telah ikut campur menunjukkan yang terbaik untukkmu. Tuhan tak pernah salah dalam memberi...

Jatuh dan tercenung itu adalah hal yang manusiawi, yang tak manusiawi justru jika kau jatuh lalu sepersekian detiknya bangkit, seolah tak terjadi apa apa.